Tunisia – Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi hadir sebagai pembicara pada Simposium Kawasan Pelajar Indonesia di Timur Tengah dan Afrika (18/7/2023). Dalam forum yang digelar di Tunisia itu, Islah mengajak mahasiswa Indonesia di Timur Tengah dan Afrika untuk perangi radikalisme.
“Setelah peristiwa 9/11, pandangan orang Barat terhadap Islam berubah. Islam dianggap agama teroris. Maka sejak saat itu, saya berjuang untuk mengembalikan citra Islam kepada aslinya yang menjadi rahmat (kasih sayang) bagi semesta. Saya mengajak kalian untuk sama-sama memerangi radikalisme dan beragama secara moderat”, kata Islah.
Islah menilai pemahaman radikalisme atas nama agama menjadi penyakit bagi Indonesia dan dunia. Sebab, menurutnya, kelompok ekstrem kanan ini selalu menggiring orang Islam kepada kepentingan politik. Padahal, bagi Islah, DNA Islam itu bukan politik.
“Peradaban Islam tidak melekat dengan politik. Sebut saja dinasti Islam yang memimpin dunia, misalnya Andalusia, tidak ada legacy yang diwariskan. Masjid berubah menjadi gereja, al-Qur’an dibakar, dan tidak ada keturunan Islam yang lahir dan berkembang di Eropa setelah dinasti Islam di Andalusia memimpin. Begitu pun dinasti Utsmaniyah, tidak berhasil. Jeblok”, ujar Islah.
Menurut Islah, kelompok ekstrem itu selalu memberikan mimpi-mimpi yang tidak masuk akal ketika mendoktrin para pengikutnya. Kelompok ini mengatakan, kata Islah, dengan politiklah Islam berjaya. Sehingga di Indonesia kelompok ini mendirikan partai politik, bergabung dalam demokrasi normatif, padahal tujuannya adalah mendirikan negara Islam.
Selanjutnya Islah juga menegaskan, bahwa cita-cita politik Warga Negara Indonesia berpegang pada kesepakatan bersama.
“Cita-cita politik kita berpegang pada gagasan Ashabiyah Ibnu Khaldun, kesepakatan bersama. Maka sebagai warga Negara Indonesia kita berpegang pada Pancasila”, tegasnya.
Islah mengatakan yang diwarisi oleh Nabi Muhammad SAW adalah akhlak dan ilmu pengetahuan, bukan DNA politik. “Nabi tidak menuliskan nama untuk jadi penerusnya. Karena memang yang ingin dibangun oleh Nabi bukan kekuasaan.
“Yang diwariskan oleh Nabi adalah akhlak dan ilmu. Oleh sebab itu, yang harus dikejar oleh kalian adalah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan terbukti menjadi sebab kemajuan”, pungkasnya.
Leave a Review