Flash Sale! to get a free eCookbook with our top 25 recipes.

Pesantren Baitussalam & Densus 88 Deklarasikan Tolak Radikalisme

Pesantren Baitussalam & Densus 88 Deklarasikan Tolak Radikalisme

Kabarumat.co – Pondok Pesantren Islam Baitussalam di Kota Semarang menegaskan komitmennya dalam menanggulangi intoleransi, radikalisme, ekstremisme, dan terorisme. Bersama dengan Densus 88 Anti Teror Polri dan Pemerintah Kota Semarang, pesantren ini menyelenggarakan Seminar Kebangsaan bertajuk “Meningkatkan Ukhuwah Islamiah di Lingkungan Pondok Pesantren untuk Melawan Pemahaman Intoleransi, Radikalisme dan Terorisme.”

Seminar yang digelar di Aula Pondok Pesantren Islam Baitussalam, Wonolopo, Kecamatan Mijen, Kota Semarang pada Rabu (12/2/2025) ini dihadiri oleh sejumlah tokoh, antara lain AKBP Goentoro Wisnoe Tj, S.Pd, M.H. (Ketua Tim Pencegahan Densus 88), Joko Hartono, S.STP, M.Si (Plt. Kepala Kesbangpol Kota Semarang), serta pejabat lainnya.

Acara ini diikuti oleh 200 peserta, termasuk pengajar dari berbagai sekolah di Semarang. Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Muhammad Syahduddi, melalui Kasat Binmas AKBP Ana Maria Retnowati, menegaskan bahwa pondok pesantren merupakan mitra strategis dalam program deradikalisasi. Ia mengingatkan pentingnya sinergi antara Polri dan pesantren untuk menjaga keutuhan NKRI.

Sementara itu, AKBP Goentoro Wisno, perwakilan Densus 88, menekankan peran pesantren dalam menyebarkan ajaran Islam yang damai dan menanggulangi radikalisme. Ia mengingatkan santri untuk menjadi duta perubahan, memahami ideologi yang berkembang, serta aktif mendeteksi ancaman radikalisme.

Joko Hartono, Plt. Kepala Kesbangpol Kota Semarang, mengingatkan bahwa Pancasila adalah dasar yang harus dijaga untuk mencegah berkembangnya paham radikal. H. Muhtasit, Kepala Kantor Kemenag Kota Semarang, juga menekankan pentingnya menguatkan ideologi Pancasila di kalangan kepala madrasah dan pengasuh pesantren.

Dalam seminar ini, Ustadz Hadi Masykur, mantan anggota Jamaah Islamiyah, berbagi pengalamannya tentang bagaimana ia terjerumus dalam paham radikal dan pentingnya memahami keberagaman untuk membangun masyarakat yang inklusif. Sebagai puncak acara, para peserta menyatakan komitmen untuk menolak intoleransi, radikalisme, ekstremisme, dan terorisme dengan lantang, serta menegaskan bahwa NKRI adalah harga mati.

Seminar ini ditutup oleh Kiyai Musthofa, Pembina Yayasan Ponpes Islam Baitussalam, yang mengingatkan bahwa pesantren tidak hanya mencetak generasi religius, tetapi juga nasionalis. Ia mengapresiasi peran Densus 88 dan Pemerintah Kota Semarang dalam memperkuat wawasan kebangsaan di pesantren. Seminar ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang bahaya radikalisme dan memperkuat peran pesantren dalam menjaga persatuan bangsa.