Banyak kasus intoleransi yang masih terjadi di tahun 2021. Hal ini disebabkan oleh menguatnya polarisasi yang terjadi di masyarakat. Media sosial yang seharusnya fungsinya sebagai perekat, menjadikan persaudaraan kian lekat, dan mempersatukan tanpa sekat, malah menjadi penyebab terbesar perpecahan antar anak bangsa. Maka resolusi toleransi di tahun 2022 menjadi penting dilakukan untuk merawat bangsa sekaligus meneguhkan keutuhannya.
Arti Toleransi
Ditinjau dari artinya, Poerwodarminto (2011) mendefinisikan toleransi sebagai kekuatan untuk menahan diri, bersikap sabar, tidak terganggu atas pendapat berbeda, dan mempunyai hati lapang untuk menerima pendapat yang berseberangan. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan toleransi sebagai perbuatan yang didasarkan pada pendirian dan keyakinan.
Terlepas dari segala definisi yang mengartikan toleransi, Lalu (2010) membagi toleransi berdasar tiga bentuk. (1) Toleransi bersifat negatif, artinya sifat toleransi yang tidak menghargai isi ajaran ataupun penganut dari ajaran tersebut. Contoh nyata toleransi yang bersifat negatif ini adalah pada ajaran komunis saat Indonesia baru merdeka.
(2) Toleransi bersifat positif, artinya sifat toleransi yang menolak isi ajarannya, namun menghargai penganut ajaran tersebut. Contoh dari model toleransi ini adalah pada prinsip dasar keagamaan, yang dalam Islam dikenal dengan sebutan “lakum dinukum waliyadin” (Bagimu agamamu, bagiku agamaku). Sehingga seseorang yang sudah memeluk satu agama, tidak mungkin meyakini ajaran agama lainnya. Namun dalam tataran sosial, antar pemeluk agama wajib bertoleransi.
(3) Toleransi Ekumenis, artinya sifat toleransi yang menghargai isi ajaran dan penganut ajaran tersebut. Toleransi ekumenis dapat dicontohkan dengan ajaran-ajaran luhur seperti tolong menolong, menghargai orang lain, dan berbuat baik kepada orang, yang terdapat dalam setiap ajaran agama. Sehingga ajaran luhur tersebut dapat diterima oleh semua golongan dan pelakunya juga dapat dihargai.
Melihat konsep toleransi tersebut, sudah seharusnya menjadi pandangan kedepan akan wajah persatuan Indonesia di tahun 2022. Apabila setiap orang memahami akan letak-letak ataupun batas dari toleransi, semua masalah dapat diselesaikan dengan pemikiran terbuka dan tidak perlu menggunakan caci maki ataupun kekerasan. Jika berkaca di tahun 2021, sebenarnya masalah perpecahan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 4 macam, yaitu fanatisme berlebihan, hasad, sifat individualisme, dan sikap tidak bisa menerima perbedaan.
4 Permasalahan Utama Indonesia
Sikap fanatisme dikatakan oleh Winston Churcil akan membuat seseorang menjadi kaku. Pola pikirnya berpusat di satu titik dan tidak mau menerima pemikiran yang lain. Sehingga fanatisme akan menjebak penganutnya menjadi sosok yang tidak mampu beradaptasi dan sulit mendapatkan hal-hal yang positif.
Gambaran fanatisme dapat ditemukan di berbagai sektor, seperti agama maupun kelompok. Persoalan yang kerap menjadi sorotan adalah apabila seseorang memerangi suatu kelompok karena menganggap ajaran mereka berbeda dengan ajaran yang dianutnya. Dalam permasalahan ini, timbulah caci maki ataupun perang opini yang disebarkan secara masif di media sosial.
Tidak kalah mengerikan, ada sifat hasad yang mengartikan keberuntungan orang lain sebagai suatu bencana bagi diri sendiri. Sifat hasad ini juga menyumbang perpecahan yang luar biasa dalam ranah bernegara. Dalam banyak kasus, sifat hasad ini memunculkan taringnya pada postingan-postingan di media sosial. Misalnya dalam kasus penyerangan suatu tokoh, yang dianggap terlalu mencolok dan menimbulkan ancaman bagi popularitas kelompok tertentu.
Penyerangan yang dilakukan pada organisasi tertentu juga tidak kalah mengerikan. Misalnya ketidaksetujuan pada suatu gagasan yang diputuskan pada suatu organisasi, yang dinyatakan dengan sikap tidak sopan dan mengumbar ujaran kebencian. Pun dalam menyatakan hal tersebut, biasanya dibumbui dengan sifat hasad yang ingin menjatuhkan organisasi yang diserang. Akibatnya, saling serang antar tokoh maupun organisasi menjadi salah satu titik pemecah persatuan bangsa.
Kemudian permasalahan sifat individualisme yang sulit dikendalikan. Hal ini juga didukung oleh kapitalisme dan tindak intoleran yang makin menjarah prinsip sosial masyarakat Indonesia. Kepedulian terhadap sesama dalam beberapa kasus hanya dilakukan kepada mereka yang memiliki kesamaan ajaran. Sehingga kelompok-kelompok yang hanya memiliki sedikit pengikut, menjadi golongan minoritas yang terpinggirkan.
Terakhir permasalahan menerima perbedaan menjadi puncak atas semua persoalan. Ihwal intoleran juga berasal dari permasalahan ini. Rasa tidak terima atas pendapat yang berbeda, nantinya akan mengacu pada sifat individualisme, hasad, dan fanatisme. Maka sifat yang perlu ditumbuhkan adalah sifat legowo menerima segala macam pendapat dan menyikapinya dengan pemikiran terbuka.
Urgensi Resolusi Toleransi di Tahun 2022
Berbagai permasalahan tersebut, bisa diselesaikan dengan toleransi. Dengan mengedepankan sikap toleransi, seseorang akan memiliki keterbukaan kepada mereka yang berbeda. Tidak mencaci, bersifat hasad, memiliki fanatisme, ataupun sifat individualisme yang menjadi penyebab perpecahan. Maka dalam resolusi tahun 2022, perlu diwujudkan sikap toleransi sebagai elemen penting pemersatu bangsa. Sehingga harapannya, di tahun 2022 tidak ada lagi kasus intoleransi, saling menghakimi, ataupun caci maki di dunia maya maupun di dunia nyata.
Leave a Review