Habib merupakan sebuah gelar kehormatan yang ditujukan pada para keturunan Nabi Muhammad SAW. Dulu, hingga kini, Habib di Arab Saudi dan sekitarnya, seperti tinggal di daerah Pesisir Swahili, Afrika Timur, lembah Hadhramaut, Yaman, hingga Asia Tenggara.
Di Indonesia sendiri, seluruh habib memiliki moyang yang berasal dari Yaman, khususnya Hadramaut. Merujuk pada catatan pertumbuhan yang melakukan pencatatan silsilah para habib Ar-Rabithah, ada sekitar 20 juta orang di seluruh dunia yang menyandang gelar habib atau yang kerap disebut muhibbin. Dari puluhan juta itu, terdiri dari 114 marga. Namun, hanya keturunan lelaki saja yang memiliki hak menyandang gelar habib.
DIlansir Ayosurabaya.com, keturunan dari Hadramaut di Indonesia terbagi menjadi 2 kelompok, yakni non-Alawiyin dan Alawiyin. Di Kota Surabaya, ada salah seorang habib unik nan nyentrik. Pasalnya, kesan formal, tegas, dan sangar yang biasanya tertanam dalam mindset seseorang, tak ditemukan dalam sosok Habib Muhammad Assegaf (35) ini.
Pria yang akrab disapa Habaib atau Habib Muhammad ini mengaku tengah berupaya mencegah para kaum millenials untuk terjerumus dalam aksi kejahatan. Mulai dari perzinaan, tawuran, hingga pengaruh narkotika. Maka dari itu, ia ingin merubah akhlak dan mengajak para muda-mudi untuk mendalami agama Islam lebih jauh.
Beruntung, keinginan Habib itu diamini dan memperoleh perhatian khusus dari para ulama. Dalam menyiarkan agamanya, dakwah yang disampaikan cenderung berbeda dengan para pendakwah lainnya. Ia mengaku lebih senang, rileks, dan fokus ketika berdakwah dengan situasi yang santai, sembari ngopi ditambah sebatang rokok misalnya, lalu mengajak para remaja yang berada di warung kopi untuk mengaji.https://5fb9dc0ef6ff279c35ed5000d7c3b645.safeframe.googlesyndication.com/safeframe/1-0-38/html/container.html
Dalam reportase sebelumnya yang dibuat oleh AyoSurabaya.com berjudul ‘Ngaji Ngopi, Dakwah ala Pemudi Surabaya di Warkop’, Habib berharap masyarakat, khususnya para remaja yang berada di sejumlah warung kopi di kota pahlawan untuk terus melakukan dan menyiarkan tindakan positif.
Menurutnya, selama ini perbuatan para remaja yang sering bermain game, pacaran, hingga mengonsumsi minuman keras (miras) perlahan sirna. Hal itu ia klaim usai berdakwah dari satu warkop ke warkop lain di area Surabaya dan sekitarnya dalam kurun waktu hampir 2 tahun.
“Untuk itu, saya bersama tim Majelis Ngaji Lan Ngopi, ingin mengajak mereka mengerti agama. Dimulai dari mengenal halal dan haram, sampai berbuat baik, sesuai ajaran agama Islam,” ujar Habib, lalu tersenyum, Jumat 14 Mei 2021.
Habib menjelaskan, syiar kepada remaja yang sudah dilakukan di 27 titik itu membuahkan hasil positif. Ternyata, tak sedikit remaja yang ingin belajar agama Islam lebih dalam. Tapi, mayoritas remaja mengaku malu dan enggan untuk mendatangi majelis yang formal. Alasannya beragam, mulai dari minder, malas, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, Habib ingin tak ada remaja yang merasakan hal serupa dalam majelisnya yang jauh lebih ‘santuy’.
Meski mayoritas jemaahnya adalah muda-mudi millenials, namun kegiatannya dibuka untuk umum. Dengan begitu, seluruh kalangan boleh mengikuti, pun dengan para non muslim.
“Para habaib lain terkadang hadir, bapak-bapak dan ibu-ibu yang ingin menambah ilmu juga silahkan, bisa bergabung,” kata pria berusia 35 tahun itu.
Habib mengaku sengaja menyasar kalangan muda lantaran lebih mudah untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri. Mengingat, antusiasme remaja di kota pahlawan begitu tinggi.
Meski memperoleh feedback yang positif perihal ilmu keagamaan, Habib mengaku maklum dengan para remaja yang tak bisa mengubah secara instan kebiasaan mereka. Mengonsumsi miras misalnya, meski tak bisa langsung meninggalkan, setidaknya mulai bisa diminimialisasi.
“Perlahan, mereka mulai sadar dan alhamdulillah, satu persatu ada yang sudah bisa meninggalkan (hal negatif),” tutur pria asal Kabupaten Jombang itu.
Agar dakwah yang dilakukannya lebih meresap dan mudah dimengerti para remaja, Habib selalu menggandeng moderatornya, yakni Jemi ‘Pak Raden’. Dengan demikian, usia dan kalangan remaja di lingkungan Pak Raden bisa lebih mudah mengerti dan bisa menerapkan, sembari didampingi atau dimonitor secara berkala.
Pemimpin pondok pesantren Ar Roudlo itu mengaku bangga bisa menyiarkan dakwah Islam di warkop-warkop. Ia ingin, masyarakat lebih terbuka bahwa dakwah di majelis tak melulu keras, membosankan, dan jenuh. Terlebih, dalam mempelajari rukun Iman, Islam, dan sejumlah syariat Islam lainnya. Pun dengan Tasawuf yang diharapkannya.
Bahkan, bahasa yang digunakan dalam setiap syiarnya pun kondisional. Bahasa Indonesia, Arab, dan Jawa dipadukan secara unik. Meskipun, ada kata-lata tak serono dari sang moderator atau jemaah, namun ia menganggapnya sangat maklum. Supaya, ilmu yang dipelajari bisa lebih mudah dicerna dan diaplikasikan.
“Materi yang disampaikan juga ringan, agar pemuda lebih mudah memahaminya,” tutup dia.
Leave a Review