Kabarumat.co – Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol. R. Achmad Nurwahid menegaskan, penanganan masalah terorisme harus dilakukan secara keseluruhan. Dari pemerintah hingga peran penting masyarakat.
“Bahwa strategi dalam penanggulangan radikalisme terorisme itu harus holistik. Holistik itu dari hulu dan hilir,” kata Achmad Nurwahid dalam diskusi publik Indopos.co.id / Indoposco bertajuk Mencintai NKRI Dari Balik Jeruji di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (28/5/2024).
Ia menyatakan, ‘virus’ radikalisme, ekstremisme sejatinya adalah ‘virus’ ideologi yang dikapitalisasi untuk politik kepentingan di era asimetris atau proxy war. Para pendiri bangsa Indonesia telah menciptakan penangkalnya.
“Founding father dibuatkan antibodi atau vaksin, nasionalisme moderat, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, UUD 1945,” ujar Achmad.
Sehingga strateginya sesuai dengan Undang-Undang harus ada kesiapsiagan nasional. Itu ditujukan kepada mereka yang masih sehat tapi potensi terpapar ‘virus’ radikalisme.
“Di sini kesiapsiagaan nasional di bidang ideologi. Tugasnya Romo Benny (BPIP),” jelasnya.
Selain itu, mengajak semua stakeholder guna memerangi radikalisme. Serta melawan penyebaran pesan paham radikal terorisme dalam bentuk lisan, tulisan dan media literasi.
“Kedua, kontra radikalisme atau kontra radikalisasi. Baik itu kontra ideologi, kontra narasi atau pun kontra propaganda,” ucap Achmad.
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo mengupayakan kerja sama dengan Lapas mendirikan perpustakaan, bahkan klinik Pancasila untuk membumikan nilai-nilai Pancasila. Termasuk dalam program deradikalisasi.
“Tidak cukup regulasi, tapi pendekatan manusiawi itu adalah pendekatan antropologi, dan budaya serta pendekatan yang menurut saya itu adalah Pancasila,” terang Romo Benny disapanya dalam kesempatan yang sama.
Leave a Review