Flash Sale! to get a free eCookbook with our top 25 recipes.

Berdoa Ibarat Mengetuk Pintu, Ikut Campur Setelahnya adalah Hal yang Melampaui Batas

Doa adalah sarana terbaik untuk seorang hamba berkomunikasi dengan Rabbnya, Allah memerintahkan hambaNya untuk meminta keinginan apapun dengan berdoa.

Barangkali kita sering mengeluh, “Kita sudah sering berdoa namun tetap saja doa-doa belum juga terkabul.”

Padahal kita mengetahui tugas manusia hanya meminta dengan berdoa dan Allah sudah berjanji bahwa jawaban dan pengabulan doa adalah hal yang mudah bagiNya. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Ghafir: 60 “Mintalah kepadaKu, maka Aku akan menjawabnya.”

Sebagai seorang muslim, hendaknya kita senantiasa selalu berhusnudzon kepada Allah dengan segala ketetapanNya baik yang telah lalu, sekarang, ataupun yang kemudian, baik yang sesuai dengan keinginan kita ataupun yang pahit dan menyakitkan hati.

Allah yang Maha Baik, Bijaksana, dan Adil, Dia menjawab setiap doa-doa hambaNya. Menjawab doa berbeda dengan mengabulkan. Setiap doa pasti dijawab, sedangkan pengabulan doa tergantung kepada hikmah Allah. JawabanNya-lah yang menghindarkan kita dari keterasingan, keputus asa-an serta menggantikannya dengan pengharapan dan ketenangan. Allah bisa saja memberikan secara langsung dari permintaan doa hambaNya, menunda pengabulan doa atau bahkan memberinya dengan yang lebih baik dari apa yang dipintanya. Semua itu sesuai dengan hikmah Rabbani karena Allah lebih memahami hambaNya dari pada diri kita sendiri. Allah lebih mengetahui apa-apa yang sesuai dengan diri kita dan waktu pengabulan doa yang ia kehendaki pasti lebih tepat daripada kita yang mempunyai keinginan dan angan-angan yang mungkin bukan terbaik untuk diri kita.

Hal yag melewati batas jika seorang hamba memaksa Rabbnya untuk mengabulkan permintaannya. Sebagaimana bentuk ubudiyah hamba kepada Allah, sebuah doa harus dipanjatkan dengan ikhlas. Yaitu berdoa seraya memperlihatkan kepapaan tanpa ikut campur dalam prosedur rububiyahNya. Berdoa dengan kesediaan menerima apapun yang diberikan Allah kepada kita, tidak menunggu balasan di dunia ataupun kelak di akhirat, hanya untuk Allah semata sebuah doa dipanjatkan. Karena sejatinya puncak anugerah kenikmatan adalah terletak pada doa itu sendiri, bagaimana kita berdialog dan komunikasi kepadaNya bukan pada pengabulan doa.

Berdoa seperti inilah yang akan menjalin hubungan maknawi antara Allah dengan hamba Nya. Dengan begini energi akan teralir kuat, aliran energi yang menuju frekuensi Allah sebagaimana yang ditunjukkan dalam firmanNya, “Apabila hambaKu datang kepadaKu aku kan menjumpainya dengan berlari”.

Berdoa sama seperti mengetuk pintu khazanah kekayan rahmat Ilahi, kapan pintu itu akan dibuka dalah hak mutlak dari tuan rumah, kita hanya meminta, maka jangan sampai kita melampaui batas.

Namun kita jangan sampai putus asa dalam keadaan lemah dan terdesak doa-doa kita tidak kunjung dikabulkan, jangan sampai kita melepaskan diri dari kunci khazanah rahmat yang luas, yaitu doa hanya karena Allah tidak memberikan apa yang kita pinta. Baginda Nabi menjelaskan bahwa kita tidak boleh berputus asa untuk berdoa, karena tidak ada seorang pun yang binasa dengan doaanya. Doa yang tidak terkabul belum tentu menandakan bahwa Allah tidak suka. Bisa jadi karena Allah sangat menyukai dan ingin terus menerus mendengar doa-doa yang dipanjatkan oleh hambaNya.

Doa dan pengaharapan kepadaNya itulah yang sesunggunya adalah sumber kekuatan yang kokoh, maka kita harus berpegang teguh untuk menjadikannya perisai sebagaimana yang juga sering disabdakan Baginda Nabi, “Doa adalah senjata orang-orang mukmin”. Doa-doa itu sejatinya akan menolong diri kita untuk senantiasa istiqomah mengakui akan ke-MahaBesaran Allah sehingga meneguhkan kualitas iman dan tauhid pada diri kita. Bahwa kita tidak mungkin tidak bergantung kepada kemurahanNya yang tentu akan menolong secara psikis bahwa kita memiliki harapan dan sandaran yang akan membuahkan perasaan ketentraman, damai, dan ketenangan hati. Berbeda dengan orang yang tidak memiliki iman dan tidak tahu kepada siapa ia harus bersandar atau berharap, jelas hari-harinya akan terisi dengan kekhawatiran, rentan tumbang dan bahkan depresi.

Seorang yang merasa bahwa berdoa tak ubahnya seperti sedang mengetuk pintu, apabila kita kenal betul dengan si-Empunya maka kita akan dijamu dengan baik bahkan ditawari dengan apapun yang menyenangkan hati kita dan permintaan kita pasti akan dikabulkan.