Kabarumat.co – Pondok Pesantren Al Munawwir Komplek Nurussalam, Krapyak, Yogyakarta, menyelenggarakan Talkshow Inspiratif dengan menghadirkan putri sulung KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Ning Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid. Gelaran talkshow itu diselenggarakan dalam rangkaian acara Haul Nyai Hj. Salimah Munawwir ke-57, KH. Dalhar Munawwir ke-16, dan Nyai Hj. Siti Makmunah ke-46. Talkshow ini mengangkat tema “Perempuan Pesantren di Era Digital: Tantangan dan Kesempatan”, diikuti oleh lebih dari 150 peserta yang terdiri dari masyarakat umum, santri putra maupun putri, serta para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Acara ini disiarkan langsung pada kanal YouTube Almunawwir TV dan diikuti oleh lebih dari 100 pemirsa yang menyaksikan secara daring.
Tema yang diangkat dalam talkshow tersebut tidak hanya relevan dengan wacana kesetaraan gender yang kian menguat, tetapi juga mampu memantik diskusi yang menarik sehubungan dengan emansipasi wanita, khususnya dalam khazanah kepesantrenan. Selain itu, perlu diingat bahwa Komplek Nurussalam merupakan salah satu pondok pesantren perempuan tertua di Indonesia. Hal ini tidak lepas dari perjuangan salah satu istri Al-Magfurlah KH. Muhammad Munawwir Krapyak, yaitu Al-Maghfurlaha Nyai Hj. Salimah Munawwir yang menaruh perhatian lebih bagi kaum perempuan untuk dapat mengenyam pendidikan di pesantren sebagaimana laki-laki. Spirit ini dilanjutkan oleh putra beliau, Al-Maghfurlah KH. Dalhar Munawwir yang secara demokratis memberikan kesempatan bagi santri perempuan untuk menjadi pengurus pondok, terlibat dalam berbagai forum-forum publik, serta mengizinkan santri perempuan untuk mengikuti kegiatan kemasyarakatan.
Talkshow tersebut dimoderatori oleh Ning Sulma Safina, founder Pesantren Digital @nyantrikilat yang mampu membawakan suasana diskusi menjadi cair, hangat, namun penuh antusiasme. Pemaparan materi diawali oleh Prof. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A., Guru Besar Tafsir Hadits UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Dr. Imroatul Azizah, M.A., Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya, yang juga alumni Pondok Pesantren Al Munawwir Komplek Nurussalam. Dalam paparannya, Prof. Sahiron menceritakan kisah Ratu Balqis sebagai figur pemimpin perempuan yang demokratis dan selalu mengedepankan musyawarah sebelum mengambil keputusan. Prof. Sahiron menekankan bahwa figur pemimpin demokratis yang digambarkan dalam Al-Qur’an adalah figur perempuan yang cerdas serta mengutamakan kemaslahatan.
Selanjutnya, Dr. Imroatul Azizah membagikan tips and trick bagi para santri agar dapat bijak dalam bermedia sosial, mengikuti perkembangan teknologi tetapi tidak kehilangan jati diri sebagai seorang santri. Dr. Imroatul Azizah juga menekankan urgensi agar para santri turut mewarnai jagad media sosial dengan konten-konten kreatif yang didasari dengan ilmu. Hal tersebut semata-mata demi menyebarluaskan islam inklusif yang rahmatan lil ‘alamin.
Sesi talkshow dipungkasi dengan paparan dari Ning Alissa Wahid, yang secara komprehensif memberikan gambaran global terkait wacana perempuan di ruang-ruang publik. Ning Alissa menyampaikan bahwa di era digital ini, tersedia banyak ruang bagi perempuan untuk mengambil peran. Hanya saja, perlu kompetensi dan kesiapan mental untuk dapat memanfaatkan peluang tersebut. Ning Alissa menyampaikan betapa pentingnya perempuan untuk mengenali potensi dalam dirinya, tanpa harus membanding-bandingkan dengan potensi orang lain. Dengan begitu, perempuan akan dapat mengisi ruang-ruang digital dengan kemampuan yang dimilikinya secara optimal sesuai dengan kompetensinya.
“Penting bagi santri untuk menguasai keterampilan digital, supaya tidak jadi “korban”, tetapi justru menjadi “pelaku” yang memanfaatkan dunia digital dengan disiplin ilmu.” pungkas Ning Alissa.
Oleh Mastri Imammusadin