Flash Sale! to get a free eCookbook with our top 25 recipes.

Hukum Ketika Ibu Menguyah Makanan Untuk Bayi

Hukum Ketika Ibu Menguyah Makanan Untuk Bayi

Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan, ampunan dan rakhmat serta kasih sayang dari Allah SWT.  Diwajibkan kepada seluruh umat Islam untuk melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan, dengan tujuan agar menjadi orang-orang yang bertakwa.

Dalam QS Al-Baqarah ayat 183 sebagai berikut:

يٰٓاََ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Surat Al Baqarah ayat 183).

Langsung saja merujuk pada topik pembahasan tulisan ini, di sini penulis menyodorkan suatu masalah kritis yaitu: apakah diperbolehkan seorang ibu ketika memiliki anak kecil, lalu si ibu mengunyahkan makanan tersebut untuk anaknya? Sementara aroma dan rasa makanannya sangat kuat di lidah?” Apakah puasa ibu tersebut batal/sebaliknya?

Jawabanya adalah: “Boleh, dengan catatan si ibu tersebut tidak menelan makanan yang dikunyah, walaupun aroma dan rasa makananya masih terasa dilidah”
pendapat ini saya kutip dari kitab خاشية الجمال juz 2 halaman:329, cetakan Dar Al-fikr sebagai berikut:

وترك ذوق لطعام او غيره خوف وصوله حلقه وتعييد لأصل بدوق الطعام جرى على الغالب وترك علك(بفتح العين)لأنه يجمع الرّيق فإن بلعه أفطر في وجه وإن أبقاه عطّشه وهو مكروه كما في المجموع(قوله خوف وصوله حلقه)نعم إن احتاج إلى مضغ نحو خُبز لطفل لم يكره

Meninggalkan mencicipi makanan atau yang lainya,karena di khawatirkan akan sampai ke tenggorokan ,tapi kalau saja ada hajat untuk mengunyah makanan (seperti mengunyah roti untuk anak kecil) maka itu tidak apa-apa.

Memandang ibrah di atas bisa disamakan hukumnya ketika ibu-ibu mencicipi makanan maka puasanya tidak batal, penyamaan-Nya dalam segi hajatnya.

Wallahu a’lam bisshowab.

Fathul Ulum
Santri PP. Al Anwar, Sarang, Rembang