Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo meminta para tokoh seperti Sandiaga Uno, Anies Baswedan dan lainnya untuk tidak melakukan politisasi SARA hanya untuk kepentingan elektoral.
Karyono menuturkan pengalaman pada pemilu presiden 2014 dan 2019 harus menjadi pelajaran masyarakat terutama umat Islam agar tidak terjebak dalam tipu muslihat para petualang politik yang menggunakan agama sebagai jubah dan barang dagangan untuk mendapatkan keuntungan materi dan kekuasaan.
“Selama ini rakyat yang dirugikan, kerap menjadi korban dari konflik politik yang menggunakan isu SARA,” kata Karyono, kepada wartawan, dikutip pada Rabu, 22 Desember 2021.
Ia menambahkan hal yang paling penting untuk menjadi perhatian semua pihak adalah bahwa politisasi SARA merusak demokrasi dan toleransi, membelah persatuan bangsa dan meninggalkan luka dalam yang sulit disembuhkan.
Meski demikian, dia menilai gejala politik identitas akan kembali mewarnai dinamika politik pada Pemilu 2024. Alasannya, baru-baru ini, Forum Ijtima Ulama dan Pemuda Islam Indonesia (PII) se-Jawa Barat mendeklarasikan dukungan terhadap Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, yang juga politisi Partai Gerindra, sebagai calon presiden pada Pemilu 2024 mendatang. Dukungan juga datang dari Pengasuh Pesantren As-Salafiyah I Sukabumi KH Lilik Abdul Kholiq.
“Klaim bahwa Sandiaga dianggap dekat ulama, pandangan tersebut terlalu subyektif, penilaiannya tidak berdasarkan realitas obyektif. Alasan dan pertimbangannya lebih menonjol kepentingan politik, kekuasan dan sentimen kelompok yang dibalut agama,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Setara Institute Ismail Hasaini mengatakan politik identitas adalah kreasi buruk praktik politik yang merusak kualitas demokrasi dan kualitas pemilu. Apalagi, kata dia, politik identitas tidak berpusat pada ide-ide dan agenda pembangunan yang diperdebatkan secara sehat, tetapi menggunakan identitas (agama) untuk memunculkan kepatuhan buta dalam menentukan pilihan politik elektoral.
“Politik identitas selalu diikuti dengan polarisasi dan menimbulkan dampak perpecahan di tengah masyarakat. Kohesi sosial akan terganggu dan jelas ini bertentangan dengan semangat kemajemukan di Republik Indonesia,” kata dia.
Sedangkan, politisi yang juga anggota DPR dari Partai Gerindra, Kamrussamad, menilai deklarasi dukungan sejumlah ulama kepada Sandiaga Uno maju di Pilpres 2024 adalah upaya merekayasa forum Ijtima Ulama. Kamrussamad khawatir Sandiaga sengaja mengeksploitasi identitas ulama.
Kata dia, upaya rekayasa forum Ijtima Ulama DKI Jakarta (deklarasi bulan Oktober 2021) dan forum Ijtima Ulama Jawa Barat (deklarasi bulan Desember 2021) merupakan tindakan berpotensi menimbulkan politik identitas sebagai pemecah belah bangsa.
“Saya khawatir ada sekelompok oknum yang bekerja secara sistematis bersama Sandiaga sehingga tega lakukan eksploitasi identitas ulama,” katanya.
Leave a Review