Flash Sale! to get a free eCookbook with our top 25 recipes.

Mantan HT Ayik Heriansyah Bongkar Modus HT untuk Membohongi Kyai-Kyai NU

Munculnya Hizbut Tahrir (HT) di Indonesia menjadi problem baru yang penting diatasi. Indonesia bisa-bisa hancur karena terpapar doktrin HT yang membahayakan.

HT memiliki aktivis atau penggerak yang cukup solid dalam penyebaran ideologi. Mereka pasti menyiapkan segala trik untuk merekrut warga Indonesia menjadi bagian darinya.

Salah seorang warga Indonesia yang pernah terpapar dan menjadi bagian dari HT adalah Ayik Heriansyah. Ayik adalah mantan Ketua HTI Babel. Setelah keluar dari HT, Ayik membongkar kebusukan HT.

Satu dari beberapa kebusukan HT dalam menipu umat, kata Ayik, adalah pemakaian kata “Sayyidina” untuk menipu kyai-kyai Nahdlatul Ulama (NU). Cerita lengkapnya begini.

Ayik pernah mengikuti Rakernas HT di Bumi Perkemahan Cibubur tahun 2006. Ayik diundang karena ia menjadi Mas’ul (Penanggung Jawab) HT di Babel yang tanzhimnya baru dibentuk April 2004.

Pada acara itu berkumpul semua anggota Majlis Wilayah (DPP HTI) yang baru terpilih dan para mas’ul HTI dari berbagai daerah. Ayik masih belum mengenal satu-persatu.

Pada masa itu sekitar pertengahan 1980-1990-an pimpinan tertinggi Hizbut Tahrir di Indonesia adalah Ust. Abu Fuad (Ahmad Saifullah). GJ yang menjadi host pada acara tersebut merupakan anak seorang Kiai NU di Kediri.

GJ bercerita banyak kepada Ayik terkait trik untuk mempengaruhi kyai-kyai NU. Katanya, bisa pakai “Sayyidina” ketika bershalawat. Karena dengan cara itu, kyai-kyai NU menganggap orang HT tersebut termasuk bagian dari NU.

Terus GJ mencontohkan mengucapkan shalawat sambil menekankan suara ketika mengucapkan kata “Sayyidina.” Ayik tersinggung mendengar cerita GJ yang kelewatan batas. Karena, GJ menjadikan shalawatan yang cukup sakral hanya dijadikan guyonan bin modus untuk memoles kebohongan.

Anehnya, ada yang ketawa-ketiwi mendengar cerita itu. Mungkin lucu membayangkan betapa lugu dan polosnya kiai-kiai NU yang cukup bershalawat dengan “sayyidina” sudah menganggap NU seseorang.

Namun, sekarang kyai-kyai NU di kampung tidak semudah dulu dibohongi dengan modus “Sayyidina”. Kyai-kyai NU sekarang sudah melek informasi. Apalagi, kyai-kyai sekarang sudah banyak yang kuliah (S1) ditambah lagi benteng anak dan cucu kyai yang berpendidikan tinggi.

Sebagai penutup, HT memang sudah dibubarkan oleh pemerintah di Indonesia. Meski begitu, NU secara khusus dan Indonesia secara umum harus tetap waspada terhadap ideologi HT. Karena, jika abai, akibatnya akan terpapar.[] Shallallah ala Muhammad.

 

*Tulisan ini disadur dari cerita Ayik Heriansyah yang dimuat di media online Kaskus.co.id

Khalilullah
Lulusan Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta