Flash Sale! to get a free eCookbook with our top 25 recipes.

Habib Husein Mutahar, Pencipta Lagu Hari Merdeka dan Penggagas Paskibraka

Habib Husein Mutahar, Pencipta Lagu Hari Merdeka dan Penggagas Paskibraka

HARI Kemerdekaan yang diperingati setiap tanggal 17 Agustus biasanya dirayakan secara meriah dengan berbagai perlombaan, mulai dari lingkungan perumahan, sekolah hingga instansi pemerintah maupun swasta.

Kondisi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung membuat kegiatan masyarakat menjadi terbatas.

Meskipun mungkin diadakan perlombaan yang biasanya di lingkungan perumahan, dengan kapasitas terbatas dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Ini  menunjukkan tingginya semangat masyarakat untuk memperingati kemerdekaan Indonesia.

Untuk menggugah rasa nasionalisme, panitia akan memutar lagu-lagu kemerdekaan seperti Indonesia Raya, 17 Agustus 1945 Hari Merdeka, Berkibarlah Benderaku, Bendera, dan lainnya.https://47080064bffc1cb35f98b1a4a39f0aea.safeframe.googlesyndication.com/safeframe/1-0-38/html/container.html

Mendengarkan lagu-lagu kebangsaan, tentu tidak melupakan peran Husein Mutahar.

Pemilik nama lengkap Sayyid Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad al-Muthahar atau yang lebih dikenal dengan nama H. Mutahar adalah pencipta lagu Hari Merdeka.

Dikutip dari buku “Husein Mutahar, Pengabdian dan Karyanya, Husein Mutahar (1916-2004) semasa hidupnya lebih dikenal sebagai komposer dan tokoh yang mengesankan dalam sejarah musik di Indonesia.

Akan tetapi, kontribusinya lebih dari apa yang dibayangkan atau diketahui banyak orang.

Ia adalah tokoh pandu, pejuang kemerdekaan, seorang birokrat, dan diplomat, yang juga berkontribusi dalam berdirinya gerakan pramuka

Lagu Hari Merdeka yang dirilis pada tahun 1946 merupakan karya nasional kedua dari pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah, 5 Agustus 1916 – meninggal di Jakarta, 9 Juni 2004 pada usia 87 tahun.

Selain komposer, Husein Mutahar juga merupakan tokoh negarawan dalam masa-masa awal kemerdekaan Indonesia.

Selain mars Hari Merdeka, lagu ciptannya yang popular adalah  hymne Syukur (diperkenalkan Januari 1945.

Karya terakhirnya, Dirgahayu Indonesia, menjadi lagu resmi ulang tahun ke-50 Kemerdekaan Indonesia.

Lagu kepanduan ciptaannya, antara lain “Gembira”, “Tepuk Tangan Silang-silang”, “Mari Tepuk”, “Slamatlah”, “Jangan Putus Asa”, “Saat Berpisah”, dan “Hymne Pramuka.

Lagu-lagu karya cipta Husein Mutahar bernilai tinggi, mengandung berbagai karakter yang membangkitkan kecintaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, alam raya, Tanah Air, dan membangun semangat persaudaraan.

 Karier

Husein Mutahar mengecap pendidikan setahun di Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada periode 1946-1947, setelah tamat dari MULO B (1934) dan AMS A-1 (1938). 

Pada tahun 1945, Ia bekerja sebagai Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di Yogyakarta, kemudian menjadi pegawai tinggi Sekretariat Negara di Yogyakarta (1947). 

Selanjutnya, Husein Mutahar mendapat jabatan-jabatan yang meloncat-loncat antardepartemen.

Puncak kariernya sebagai pejabat negara adalah sebagai Duta Besar RI di Tahta Suci (Vatikan) (1969-1973).

Jabatan terakhirnya adalah sebagai Pejabat Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri (1974).

Husein Mutahar memiliki kecakapan dalam berbahasa dan menguasai 8 bahasa selain Bahasa Indonesia yaitu bahasa Jawa, Melayu, Arab, Inggris, Belanda, Jerman, Perancis, dan Spanyol.

Kepanduan

Husein Mutahar aktif dalam kegiatan kepanduan.

Ia adalah salah seorang tokoh utama Pandu Rakyat Indonesia, gerakan kepanduan independen yang berhaluan nasionalis.

Ia juga dikenal anti-komunis.

Ketika seluruh gerakan kepanduan dilebur menjadi Gerakan Pramuka, Husein Mutahar juga menjadi tokoh di dalamnya.

 Namanya juga terkait dalam mendirikan dan membina Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), tim yang beranggotakan pelajar dari berbagai penjuru Indonesia yang bertugas mengibarkan Bendera Pusaka dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI.

Sebagai salah seorang ajudan presiden, Husein Mutahar diberi tugas menyusun upacara pengibaran bendera ketika Republik Indonesia merayakan hari ulang tahun pertama kemerdekaan, 17 Agustus 1946. 

Menurut pemikirannya, pengibaran bendera sebaiknya dilakukan para pemuda yang mewakili daerah-daerah Indonesia.

Ia lalu memilih lima pemuda yang berdomisili di Yogyakarta (tiga laki-laki dan dua perempuan) sebagai wakil daerah mereka.

Pada tahun 1967, sebagai Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Husein Mutahar diminta Presiden Soeharto untuk menyusun tata cara pengibaran Bendera Pusaka.

Tata cara pengibaran Bendera Pusaka disusunnya untuk dikibarkan oleh satu pasukan yang dibagi menjadi tiga kelompok.

Kelompok 17 sebagai pengiring atau pemandu; kelompok 8 sebagai kelompok inti pembawa bendera; kelompok 45 sebagai pengawal.

Pembagian menjadi tiga kelompok tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan Indonesia