Ramadan dijunjung tinggi sebagai bulan penuh ampunan dan berkah. Bulan ini juga dijadikan sebagai momentum untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah melalui berbagai cara, salah satunya menjalankan ibadah puasa.
Namun banyak orang mengatakan bahwa ibadah di bulan Ramadan bukan satu-satunya jalan agar meningkatkan derajat takwa. Lebih dari itu, untuk mendapatkan hikmah besar Ramadan bisa dilalui melalui dengan aksi-aksi toleransi, dengan cara menghapus segala hal yang membuat masyarak menderita.
Contohnya, berupaya meredam aksi-aksi yang menyebabkan teror. Seperti kita lihat belakangan ini, bulan puasa biasanya dijadikan bulan amaliyah bagi pelaku terorisme. Karena pada bulan Ramadan ini, bagi mereka adalah bulan tepat untuk pengorbanan.
Maka banyak contoh kejadian teror di bulan Ramadan. Di Solo misalnya, biasanya setiap awal dan akhir bulan Ramadan selalu saja ada aksi-aksi terorisme, yang ditujukan kepada aparat negara, atau kepada mereka yang berbeda kayakinan. Amir-amir memerintahkan pada Ramadan untuk melakukan amal dengan maksud dan tujuan-tujuan yang menakjubkan, meski bersandar pada teologis.
Maka demikian, masyarakat Indonesia, harus lebih berhati-hati lagi dalam memandang aktivitas seseorang yang eksklusif dan mencurigakan. Maksud berhati-hati di sini bukan untuk saling curiga dan mencari kesalahan-kesalahan orang, melainkan sekadar menjaga-jaga, agar tidak terjadi bahaya yang sangat mengenaskan.
Pekerjaan ini memang terlihat sulit. Untuk membersihkan residu perbuatan manusiawi teror ini memang bukanlah tanggung jawab pribadi, melainkan harus dilakukan secara serempak dan bersama-sama. Tetapi tidak ada acara lain, untuk menjauhkan diri dari bahaya terorisme yang mengangkang. Hanya diri sendirilah yang bisa menyelamatkan. Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa hanya diri sendirilah yang akan menyelamatkan diri manusia itu sendiri.
Menjaga diri secara personal demi menghapus tindakan teror tidaklah cukup. Kasadaran itu, harus bertranformasi membentuk kesadaran-kesadaran publik dalam rangka memperkuat banteng pengaman sosial bersama.
Di sini tidak membutuhkan euforia dakwah sekadar berburuh amal saleh. Tapi harus secara intensitas mengajak masyarakat untuk lebih peka lagi terhadap masalah-masalah bahaya, seperti tindakan terorisme ini.
Dengan menjaga umat dari aktivitas terorisme, itu termasuk bagian dari mendekatkan diri kepada Gusti Allah. Karena jika aksi teror lenyap tidak ada, maka umat Islam bakal gembira dan kehidupannya bakal senang, tanpa cemas, dan khawatir terhadap keadaan yang tidak terkira. Dengan demikian, bulan Ramadan bisa menjadi bulan yang penuh dengan kedamaian.
Namun yang pasti, dengan hadirnya bulan ini, setidaknya keinginan-keinginan menggebu untuk meninggikan keimanan-ketakwaan, juga perlu disertai mengindahkan lingkungan dan pikiran dari jerat terorisme. Agar, indahnya bulan Ramadan makin terasa, dan tidak seperti bulan Ramadan-ramadan sebelumnya.
Inilah yang perlu kita aplikasikan pada bulan Ramadan ini, termasuk bulan-bulan selanjutnya. Kiranya, bulan Ramadan adalah bulan momentum untuk menghapus aktivitas terorisme. Itu.
Leave a Review