Flash Sale! to get a free eCookbook with our top 25 recipes.

Nada Fedulla, WNI Eks-ISIS yang Tak Tahu Dibawa Ayahnya ke Suriah

Nada Fedulla, WNI Eks-ISIS yang Tak Tahu Dibawa Ayahnya ke Suriah

Hijrah ke Suriah menjadi topik yang cukup menarik untuk dibahas hingga detik ini. Hijrah ini termasuk istilah yang sering didengungkan oleh beberapa orang yang memutuskan meninggalkan negerinya sendiri dan pergi ke Suriah demi bergabung dengan kombatan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Memilih bergabung dengan ISIS bukanlah takdir, tapi nasib yang masing-masing orang pilih dan putuskan sendiri. Banyak di antara warga Negara Indonesia yang terlibat dalam modus hijrah ini. Salah satunya adalah Nada Fedulla.

Nada pergi ke Suriah pada waktu masih duduk di bangku sekolah. Nada ke sana dibawa oleh ayahnya. Nada ditempatkan di kamp pengungsian al-Hol, Suriah Utara, wilayah yang berada di bawah kekuasaan Pasukan Demokratik Suriah atau SDF.

Karena ayahnya yang menuntunnya ke jalan yang salah, Nada tetap memaafkannya. Meski, ia sendiri belum bisa melupakan perbuatan keji yang dilakukan oleh kombatan ISIS. Nada melihat pembantaian di tengah jalan.

Bahkan, karena kelalaian ayahnya Nada harus merelakan cita-citanya menjadi seorang dokter. Nada merasa cita-cita itu hanyalah sebatas angan-angan di siang bolong. Masa depannya kandas.

Nada sadar bahwa keputusan ayahnya itu keliru. Entahlah, semua itu baru sadar saat sudah berada di Suriah. Sekarang Nada hanya berharap warga Indonesia dapat menerimanya kembali. Karena, ia tahu orang yang bergabung dengan ISIS termasuk teroris.

Untungnya, Nada ditakdirkan kembali ke tanah kelahirannya Indonesia. Cinta kepada negeri ini tak dapat digantikan dengan yang lain, apalagi dengan janji busuk kombatan ISIS.

Indonesia, bagai Nada, adalah negeri yang damai dan sejahtera. Sungguh sangat disayangkan orang yang hijrah dari negeri Ibu Pertiwi ini demi bergabung dengan ISIS. Padahal, hijrah yang sebenarnya adalah hidup damai di negeri sendiri, Indonesia.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari cerita Nada Fedulla yang dimuat di media online Kompas.com