Flash Sale! to get a free eCookbook with our top 25 recipes.

Munculnya Gen Z Salafi-Wahabi: Awal Lahirnya Seorang Jihadis Militan

Kabarumat.co – Berselancar di media sosial, memang membuat saya kecanduan untuk waktu yang lama. Barangkali perasan semacam itu tidak hanya terjadi pada saya. Sebab setiap orang akan mengalami pengalaman yang saat ketika menggunakan media sosial seperti kecanduan hingga menjadikan media sosial sebagai standar hidup. Setiap media sosial, memiliki keunikan tersendiri dalam menyajikan konten yang diproduksi oleh para penggunanya. Khususnya TikTok, yang menjadi media sosial paling digemari oleh Gen Z, media sosial tersebut menyajikan banyak sekali ribuan bahkan jutaan konten setiap harinya dari berbagai bidang.

Ada satu konten yang membuat saya memerhatikan cukup lama, yakni ketika sebuah konten TikTok membandingkan pengajian masyarakat yang biasanya diselenggarakan di lapangan (red: NU), dengan kajian agama yang biasa dilaksanakan di masjid Salafi-Wahabi. Kata mereka, beberapa akun TikTok yang saya lihat penggunanya adalah Gen Z, mengatakan bahwa mengikuti pengajian Salafi membuat mereka lebih tenang.

Tidak hanya itu, mereka juga mengatakan bahwa masjid-masjid yang didirikan oleh kelompok Salafi, menawarkan ketenangan dan ketentraman kepada para pengunjungnya. Hal ini karena, menurut mereka, ritual ibadah yang dilakukan oleh kelompok Salafi-Wahabi, hanya berpedoman kepada Al-Qur’an dan hadis. Artinya, bagi mereka-Gen Z-itulah ajaran Islam yang sebenarnya karena tradisi atau budaya keagamaan yang berkembang di tengah masyarakat, sama sekali bukan ajaran Islam.

2025: Melawan Wahabi dengan

Pada titik tertentu, kita perlu khawatir dengan berbagai konten yang diproduksi oleh Gen Z, terkait pilihan keagamaan yang dijalaninya. Sekalipun hal itu merupakan hak setiap orang dalam beragama, namun perlu digaris bawahi bahwa Wahabi sangat tidak cocok dengan Indonesia. salah satu misi wahabi adalah membersihkan ajaran Islam dari praktik bid’ah, khurafat, syirik. Sejak kehadiran kelompok Wahabi di Indonesia, mereka memusuhi praktik/tradisi keagamaan yang sudah lama berkembang di Indonesia seperti zikir berjamaah, tahlil, ziarah ke amakan hingga hadrah banjari.

Puncak dari bahaya ajaran Salafi-Wahabi adalah seruan memurnikan ajaran Islam dengan cara membentukan ajaran Islam dengan kearifan lokal, ideologi Pancasila, hingga UUD 1945. Artinya, salafi-wahabi mengajak Gen Z untuk berjihad, menjadi kader militan yang siap merubah Indonesia dengan ajaran Islam. Dari sinilah kita berpikir betapa bahayanya Salafi-Wahabi untuk persatuan NKRI dan Gen Z berpotensi besar menjadi kader militan kelompok teroris yang siap berjihad untuk mengubah Indonesia sesuai ajaran Islam yang mereka yakini.

Apalagi jika merujuk pada data terakhir, para pelaku aksi terorisme didominasi oleh kelompok milenial, dan sisanya adalah Gen Z. Bukan tidak mungkin, di tahun-tahun mendatang, jumlah jihadis Gen Z akan semakin bertambah, seiring dengan kian masifnya penetrasi ajaran wahabi melalui medsos. Oleh karena itu, penting untuk dicatat bahwa tahun 2025 bukan tahun yang tidak memiliki tantangan apapun. Justru sebaliknya, tantangan dalam melakukan upaya pencegahan radikalisme-terorisme kian meluas seiring dengan banyaknya konten Salafi yang hadir di media sosial.

Tidak hanya itu, ajaran Salafi berkedok dengan kajian sunah dan Islam salaf. Kelompok Salafi-Wahabi membuat Gen Z tertarik untuk mengikuti pengajiannya. Keberadaan Gen Z yang mengalami krisis identitas keagamaan, menjadi peluang tersendiri bagi para kelompok salafi-wahabi untuk bergabung. Dengan merujuk kondisi di atas, penting bagi para ulama, influencer agama ataupun ustaz yang moderat, mempromosikan ajaran Islam yang ramah terhadap banyaknua budaya dan tradisi yang berkembang di Indonesia. Utamanya TikTok, penting sekali untuk memperbanyak konten keagamaan di TikTok sebagai sebuah ruang jawaban Gen Z yang mengalami krisis identitas keagamaan sehingga, upaya ini bisa menjadi sebuah pencegahan lahirnya jihadis militant. Wallahu A’lam.