Flash Sale! to get a free eCookbook with our top 25 recipes.

Moderasi Beragama Jadi Kunci Cegah Radikalisme di Masyarakat

Kabarumat.co – Pentingnya moderasi beragama dalam kehidupan masyarakat menjadi topik utama yang disampaikan oleh Septian Eko Saputra, seorang penyuluh agama non-PNS dari Kecamatan Sindang Kelingi, pada acara pembinaan pengajian rutin yang berlangsung Kamis (25/7) kemarin di Desa Kayu Manis. Kegiatan ini diikuti oleh 52 peserta dari jamaah Nurul Huda yang berada di lingkungan penyuluhan Kecamatan Sindang Kelingi.

Septian menyampaikan beberapa poin penting terkait moderasi beragama sebagai upaya menangkal paham radikal. “Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yaitu memahami dan mengamalkan ajaran agama tanpa berlebihan atau ekstrem, baik ke kanan maupun ke kiri. Peran masyarakat sangat penting dengan menjalankan fungsi informatif, komunikatif, edukatif, dan motivatif dalam menjalani tugas profetiknya,” jelas Septian.

Ia menambahkan, tugas profetik para pendidik agama Islam (PAI) adalah mengajarkan ilmu tarbiyah yang berkaitan dengan kebijaksanaan, memperkuat rasio, menegakkan keadilan, menyelamatkan manusia dari kegelapan, dan mengajak pada kehidupan yang lebih baik. Selain itu, mereka juga bertugas mengingatkan manusia akan nikmat Tuhan dan membebaskan dari perilaku destruktif.

Dalam penyampaiannya, Septian juga menguraikan tiga metode yang dapat digunakan dalam penyuluhan agama Islam di tengah masyarakat. Pertama, metode partisipatif yang tidak menggurui atau mengindoktrinasi, tetapi memfasilitasi masyarakat. Kedua, dialog interaktif yang tidak hanya menerangkan, tetapi juga memberi kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi melalui teknik Focus Group Discussion (FGD). Terakhir, pemberdayaan, di mana anggota pengajian harus mampu melihat dan menganalisis potensi serta sumber daya yang dimiliki masyarakat.

Sebelum mengakhiri materinya, Septian juga menyinggung tantangan yang dihadapi masyarakat saat ini, seperti konflik dan ketegangan sosial yang melibatkan umat beragama, meningkatnya kriminalitas, maraknya penggunaan narkoba, tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta berkembangnya kenakalan remaja.

“Anggota pengajian Nurul Huda harus mampu menghadapi tantangan ini dengan berpegang teguh pada nilai-nilai agama, menciptakan situasi yang aman dan kondusif, serta mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama, khususnya di Desa Kayu Manis yang terdiri dari tiga agama berbeda,” pungkasnya.