Mungkin Anda bertanya-tanya: Kenapa masih eksis Hizbut Tahrir (HT) tak terkecuali di Indonesia, meski organisasi keagamaan ini sudah lama dibubarkan? Pengusungnya tetap percaya diri (pe-de) mengampanyekan optimisme berdirinya Khilafah dan bergantinya negara yang mereka anggap kafir menjadi negara Islam.
Eksistensi HT bila diperhatikan selalu hadir dalam setiap momen. Pengusungnya selalu mencari celah yang tepat untuk hadir di tengah-tengah itu. Katakan saja, ketika isu Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) naik kemarin, HT hadir dengan mengkritik hukum negara yang tidak benar, apalagi Pak Mahfudh MD menanggapi LGBT dengan sikap demokratis.
Pengusung HT kemudian menawarkan Khilafah di tengah-tengah publik untuk menggantikan sistem negara yang sudah berjalan beberapa tahun lamanya sampai sekarang. Mereka berpandangan negatif negara dirundung masalah, karena sistem hukumnya bukan Khilafah yang diyakini oleh mereka sebagai sistem Islami.
Khilafah yang ditawarkan pengusung HT dan kritik terhadap sistem Demokrasi, bagi kebanyakan orang, termasuk isu yang biasa-biasa saja. Tidak ada dampak besar yang dapat membuat negara goyah apalagi terporak-poranda. Mungkin yang goyah itu hanyalah orang yang belum mengenal rekam jejak HT. Orang ini pasti mulai goyah ideologinya.
Orang yang paham betul rekam jejak dan politik kotor yang dimainkan HT menganggap kampanye Khilafah adalah sesuatu yang lucu dan memalukan. Sebab, orang cerdas ini paham betul bahwa berdirinya Khilafah itu hoaks. Buktinya, sudah lama Khilafah ini dikampanyekan. Sayangnya, sampai detik ini belum terealisasi.
Berdirinya Khilafah itu hanyalah sebatas isu. Tidak lebih dari itu. Bila Anda suka baca novel, isu semacam itu disebut sebagai isu antah-berantah atau dapat disederhanakan dengan isu yang terdapat di dalam dunia khayal atau dongeng saja. Meski isu Khilafah dipaksakan menjadi fakta, dipastikan ia hanya diakui oleh pengusungnya sendiri.
HT tetap eksis dengan isu berdirinya Khilafah dan tegaknya Negara Islam hanyalah sebatas politik semata, tidak lebih dari itu. Namanya saja politik. Segala cara, kotor sekalipun, selagi bisa mengantarkan pelakunya menggapai tujuan pasti dilakukan.
HT biasanya kalau di Indonesia berada pada wilayah oposisi. Karena, pengusungnya tidak sepemikiran dengan ide-ide yang dijalankan oleh pemerintah yang terpilih. Pengusung HT bersikeras pemerintah yang sah mundur sehingga HT masuk di sana.
Masuk dalam politik hendaknya tidak terlalu jujur dan terlalu bohong. Pengusung HT pasti paham betul kata-kata: Tidak ada teman dan musuh yang abadi dalam politik. Mereka terus berusaha untuk tetap eksis agar eksistensinya tetap hidup. Mereka kerahkan semangat juangnya di pelbagai lini. Selain dalam isu LGBT kemarin, sudah lama bergerak di mimbar-mimbar dakwah di masjid.
Bahkan, pengusung HT bergerak dalam kegiatan dakwah yang disebut-sebut sebagai bekal hidup. Maksudnya, siapapun yang gabung dalam lingkungan HT akan mengamini dakwah sebagai satu-satunya langkah. Dakwah bagi mereka dapat dikatakan fardu ain atau kewajiban bagi per-Individu.
Kalau dakwahnya tidak masalah. Tapi, yang bermasalah adalah motivasi dakwahnya. Motivasi dakwah HT dapat dikatakan wajib menghubungkan dengan pentingnya berdirinya Khilafah. Jadi, tidak diterima dakwah yang tidak ada support terhadap Khilafah.
Maka dari itu, tidak heran jika HT selalu hadir di beberapa isu yang menyudutkan pemerintah. Semua itu sudah terorganisir dengan baik. Pasti di sana ada konseptornya ditambah lagi dengan eksekutornya. Meski begitu, warga negara hendaknya tetap waspada menghadapi HT.
Sebab, membiarkan HT bergerak leluasa akan sedikit demi sedikit merobohkan bangunan negara yang kokoh. Ia bagaikan bangunan besar nan kokoh yang roboh gegara membiarkan rayap berkeliaran dan memakannya.[] Shallallah ala Muhammad.
Leave a Review