Kabarumat.co – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Republik Indonesia menegaskan bahwa konsep Ummatan Wasatha harus mengedepankan sikap yang adil dan moderat dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam acara Pengkajian Ramadan 1446 H yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Kamis (7/3) di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Mendikdasmen menekankan pentingnya sikap tengah yang seimbang dan tidak ekstrem dalam menghadapi tantangan kehidupan.
“Ummatan Wasatha adalah umat yang adil. Umat yang adil itu ada dua, yaitu ‘Adilun fi ‘Ilmi dan ‘Adilun fi hukmi. ‘Adilun fi ‘Ilmi adalah orang yang adil dan memiliki keilmuan yang tinggi, sementara ‘Adilun fi hukmi adalah orang yang menegakkan hukum dengan seadil-adilnya. Adil dalam pengertian ilmu adalah orang yang bersikap objektif, berani berkata yang benar adalah benar, dan yang salah adalah salah,” ujar Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Mu’ti, dalam kesempatan tersebut.
Mu’ti juga mengutip ayat dari Al-Quran, Surah Al-Qashas ayat 77, yang berbunyi, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia.” Menurut Mu’ti, ayat tersebut mengingatkan pentingnya keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat, tanpa condong ke salah satu sisi.
Lebih lanjut, Mu’ti menegaskan bahwa konsep Ummatan Wasatha mengajarkan sikap lurus, yaitu sikap tengah yang tidak ekstrim. Ia mengatakan, “Perkara yang paling baik adalah yang paling tengah.” Konsep ini menekankan pentingnya moderasi, yakni menghindari sikap berlebihan atau ekstrim dalam setiap hal.
Mu’ti juga mengutip pandangan Ibnu Katsir yang menyebutkan bahwa wasatha dipahami sebagai pilihan terbaik yang seimbang. Ibnu Katsir menegaskan bahwa wasatha adalah moderat, yang berarti tidak ekstrem atau bersikap berlebihan. Dalam pandangannya, agama yang seimbang adalah yang mengharmoniskan antara aspek material dan spiritual, duniawi dan ukhrowi.
“Ummatan Wasatha harus moderat dan bijaksana, karena ilmu adalah kunci untuk menjadi bijaksana dan berpijak pada kebenaran. Prasangka yang salah tidak akan membawa manusia pada kebenaran,” ungkap Mu’ti, menggarisbawahi pentingnya ilmu dalam mencapai sikap moderat.
Selain itu, Mu’ti juga menekankan bahwa teologi Islam Wasathiyah Berkemajuan yang dikembangkan oleh Muhammadiyah merupakan perpaduan antara Teologi Al-Ma’un dan Teologi Al-‘Ashr. Konsep ini menguatkan posisi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berada di tengah, tidak condong ke ekstrem liberal maupun ekstrem konservatif.
Sebagai organisasi Islam berkemajuan, Muhammadiyah berkomitmen untuk mengembangkan konsep Islam Wasathiyah atau Islam moderat, baik dari perspektif teologis, ideologis, hingga praktiknya di tengah fenomena global saat ini. Dengan penanaman konsep ini, diharapkan warga persyarikatan Muhammadiyah dapat menjadi penengah dalam menghadapi berbagai persoalan global.
Lebih lanjut, Mu’ti menjelaskan bahwa penguatan Islam Berkemajuan yang dibahas dalam hasil Muktamar Surakarta sejalan dengan konsep Islam Wasathiyah atau Islam moderat. Konsep ini bertujuan agar Muhammadiyah bisa menjadi jalan tengah dalam menghadapi fenomena global keagamaan tanpa terjebak dalam ekstremisme, baik kanan maupun kiri.
Dengan memperkenalkan dan menguatkan prinsip-prinsip moderasi ini, diharapkan umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah, dapat menjadi contoh bagi masyarakat luas dalam menjaga kerukunan, toleransi, dan kedamaian di tengah perbedaan.
Kenali Kami Lebih Dekat
Assalamu Alaikum Akhi Ukhti!! Selamat datang di Kabar Umat
Kami hadir setiap saat untuk menyampaikan berita terpercaya serta wawasan keislaman, keindonesiaan dan kebudayaan hanya buat Akhi Ukhti. Bantu sukseskan Visi kami satukan umat kuatkan masyarakat dengan cara share konten kami kepada teman-teman terdekat Akhi Ukhti !