KTT ASEAN 2023 sukses. Event yang diselenggarakan di Labuan Bajo, NTT, Selasa (9/5) hingga Kamis (11/5) itu berjalan lancar tanpa ada halangan apa pun. Terorisme, misalnya. Ini patut diapresiasi karena bukan kebetulan. Sebelumnya, Kepala BNPT RI, Komjen Pol. Rycko Amelza Dahniel mengatakan, pihaknya bersinergi dengan TNI-Polri untuk mengamankan KTT ke-42 ASEAN dari ancaman terorisme. Ini menunjukkan, bahwa di negara ini, kontra-teror sudah membuahkan hasil.
“Melakukan deteksi dini terhadap sel-sel jaringan terorisme yang memiliki potensi untuk melakukan serangan ke sini. Oleh karena itu, BNPT tidak bekerja sendiri. Kami menyinergikan semua kementerian dan lembaga terkait, dengan TNI-Polri, dan utamanya untuk KTT ASEAN ini,” ujar Rycko, Kamis (11/5) kemarin. Rycko menambahkan, keterlibatan sumber daya bangsa dalam kontra-terorisme itu penting karena nama baik Indonesia dipertaruhkan dalam kancah internasional.
Mengapa terorisme begitu menjadi khawatiran nasional? Apakah kontra-terorisme masih urgen? Bagaimana jurus ampuh untuk memerangi terorisme? Tiga pertanyaan ini penting untuk diulas. Demikian karena mengantisipasi ancaman terhadap negara ini merupakan tugas bersama. Tak hanya BNPT, Densus 88, atau BIN yang memegang otoritas kontra-teror. Seluruh masyarakat mesti terlibat ke dalam upaya kontra-terorisme karena lima alasan.
Lima Alasan Kontra-Teror
Pertama, ancaman terhadap keamanan nasional. Terorisme merupakan ancaman signifikan terhadap keamanan negeri tercinta, Indonesia. Negara ini telah mengalami beberapa serangan teroris di masa lalu, seperti Bom Bali pada tahun 2002 dan Bom Jakarta pada tahun 2003 dan 2016—di samping juga teror-teror sporadis yang tak kalah meresahkan. Semuanya mengakibatkan korban jiwa, kerusakan infrastruktur, dan menimbulkan ketakutan. Di sini, kontra-teror adalah untuk menjaga stabilitas.
Kedua, perlindungan warga negara. Tanggung jawab utama pemerintah ialah melindungi rakyat. Kontra-teror jadi sangat penting guna menjamin keamanan dan kesejahteraan masyarakat. Mencegah serangan teroris dan membongkar jaringan mereka melalui langkah-langkah kontra-terorisme yang efektif membantu melindungi kehidupan dan hak-hak warga negara Indonesia. Selama ini, upaya pemerintah untuk melindungi masyarakat cukup maksimal.
Ketiga, pelestarian keharmonisan sosial. Indonesia dikenal dengan penduduknya yang pluralistik, terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya. Kegiatan teroris, jika dibiarkan, dapat menimbulkan perpecahan, ketegangan, dan konflik dalam masyarakat. Melawan terorisme, artinya, mempromosikan keharmonisan sosial dengan mencegah penyebaran ideologi radikal dan kekerasan kaum ekstremis yang jelas-jelas mengancam hubungan antarmasyarakat dan memantik intoleransi.
Keempat, pencegahan rekrutmen dan radikalisasi. Upaya kontra-teror tidaklah sekadar mengatasi ancaman serangan teroris, tapi juga membabat habis akar terorisme itu sendiri. Dengan strategi anti-teror, perekrutan dan radikalisasi individu dapat teratasi secara kontinu. Di sini juga promosi pemerintahan inklusif, evaluasi pendidikan, dan dialog antaragama menemukan perannya masing-masing. Tidak hanya Islam, agama-agama lainnya juga punya tanggung jawab serupa.
Kelima, kerjasama regional dan internasional. Sebagai isu global, terorisme harus diatasi melalui kerjasama internasional. Partisipasi aktif Indonesia dalam kontra-teror sangat krusial. Berbagi intelijen dan bekerja sama dalam penegakan hukum, umpamanya, itu dapat berkontribusi pada upaya kontra-teror global, sekaligus mendapat keuntungan dari upaya kolektif itu sendiri. Hari ini, pemerintah juga sudah menerapkan ini, yang bisa dilihat dari berbagai kerja sama internasional BNPT.
Namun demikian, melampaui lima alasan urgensitas tersebut, penting dicatat tebal bahwa tindakan kontra-teror harus dilakukan sesuai aturan hukum, dengan menghormati HAM dan kebebasan sipil. Cara-cara inkonstitusional, dalam hal ini, tidak boleh dilegitimasi dengan alasan apa pun. Nama Indonesia akan menjadi taruhannya.
Lima Jurus Jitu Kontra-Terorisme
Adapun untuk membabat habis terorisme di Indonesia, lima jurus jitu dapat menjadi jawabannya. Tentu saja, di luar lima jurus ini, cara-cara lain tetap dibenarkan selama tidak mencederai konstitusi. Pertama, penegakan hukum yang kuat. Supremasi hukum punya andil penting dalam memerangi terorisme. Memperkuat intelijen dan teknik investigasi untuk mengidentifikasi, melacak, serta menangkap jaringan teroris dan operasi mereka adalah modal utama kontra-terorisme.
Kedua, keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat. Membangun kepercayaan dan kolaborasi dengan masyarakat lokal juga begtiu penting dalam memerangi terorisme. Inisiatif keterlibatan masyarakat, dialog, dan pelaporan aktivitas mencurigakan dapat membantu mengidentifikasi dan menghentikan aktivitas teroris itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan dan pembangunan sosial-ekonomi adalah jurus jitu yang, sepertinya, hari ini belum diterapkan.
Ketiga, program kontra-radikalisasi. Implementasinya berfokus pada rehabilitasi kaum ekstremis atau eks-napiter. Pusat rehabilitasi, konseling, dan berbagai jurus kontra-radikalisasi harus memberikan narasi alternatif untuk melawan ideologi radikal. Berkolaborasi dengan tokoh agama, pendidik, dan organisasi masyarakat menjadi kunci jurus ini. Sekali lagi, setiap stakeholder harus menerapkannya, atau menjadikannya bagian dari subdit kerja empiris mereka.
Keempat, kerjasama internasional. Terorisme merupakan tantangan global yang butuh kerja sama internasional. Negara ini harus secara aktif terlibat dengan mitra regional dan internasional untuk aktivitas intelijen dan koordinasi integratif. Memperkuat kerja sama di bidang-bidang seperti berbagi informasi dan peta terorisme dapat mengentaskan gerilya terorisme secara akurat dan komprehensif. Dalam kontra-terorisme, kerja independen tak akan berhasil optimal.
Kelima, mengatasi akar penyebab. Ini yang sangat jitu: memerangi terorisme di hulu. Mengatasi penyebab utama terorisme sangat penting untuk kesuksesan jangka panjang. Mengurangi kesenjangan ekonomi-politik, menyemarakkan inklusi sosial, meratakan pendidikan, dan menghindari chaos politik itu berkontribusi penuh dalam mencegah radikalisasi dan lahirnya para teroris. Memasifkan toleransi beragama dan dialog antaragama juga bisa mengatasi akar terorisme.
Namun, tetap saja, memerangi terorisme dengan lima jurus jitu tersebut butuh pendekatan yang komprehensif dan multi-aspek. Misal, melibatkan kolaborasi berbagai otoritas, termasuk lembaga pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan tokoh agama—BNPT memasukkannya dalam program Pentahelix mereka. Dan seperti lima alasan kontra-teror, jurus kontra-terorisme juga harus didasari komitmen konstitusi dan inklusivisme. Tanpa itu, lima jurus itu tak ada artinya.
Wallahu A’lam bi ash-Shawab…
Leave a Review