Promosi Khilafah tidak kunjung selesai hingga detik ini. Promosi ini layaknya produk dagang yang tak kunjung laku, meski pasar udah tutup dan pembeli sudah meninggalkan pasar.
Anehnya, sales Khilafah (orang yang mempromosikan sistem berdalih syariat ini) tak pernah kapok dan berusaha bersabar walau jualannya tidak laku. Promosi Khilafah sejatinya tidak bakal laku keras, karena orang yang hidup di zaman teknologi sekarang sudah pintar memilih dan memilah mana jualan yang “beneran” atau “kawe”.
Jualan Khilafah persis jualan barang “kawe”. Sales atau penjualnya banyak berbohong dengan modus bahwa Khilafah adalah syariat Islam. Benarkah Khilafah bagian dari Islam? Hati-hati! Jangan sampai termasuk, seperti yang disebutkan dalam ayat Al-Qur’an, orang-orang yang memperjualbelikan ayat demi kepentingan duniawi!
Sales Khilafah menggunakan modus syariat melalui dua sisi: Pertama, mereka menyebut bahwa Khilafah merupakan sistem yang diciptakan Allah berhubung dengan penciptaan Khalifah di muka bumi. Pandangan pertama ini jelas keliru. Mereka menafsirkan ayat sesuai dengan kepentingan (nafsu)nya sendiri.
Memang Allah menyinggung Khalifah di dalam Al-Qur’an. Tapi, yang dimaksud Khilafah dalam kitab tersebut bukan Khilafah yang dipromosikan sales Khilafah, yaitu Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Khilafatul Muslimin (KM), dan beberapa organisasi yang serupa. Khilafah yang dimaksud Al-Qur’an adalah manusia yang bakal menebar nilai-nilai kemaslahatan di muka bumi, bukan warga negara yang menolak Demokrasi.
Kedua, mereka menyebut lagi Khilafah disinggung dalam hadis Nabi. Memang benar Nabi menyebut begini: Tsumma takunu al-Khilafah ala manhaj an-nubuwwah. Maksudnya, akan muncul Khilafah yang bakal sesuai dengan sistem yang dibangun Nabi.
Tapi, yang perlu diperhatikan, agar tidak sesat paham, bahwa Khilafah yang disinggung dalam hadis Nabi berbeda jauh dengan Khilafah yang diusung oleh HTI, KM, dan komplotannya yang lain. Khilafah versi Nabi termasuk sistem suatu negara yang terbuka (inklusif) dan menjunjung nilai-nilai kemaslahatan. Artinya, Nabi tidak membatasi sistem itu harus Khilafah, tetapi yang terpenting sistem apapun selagi menjunjung perjuangan Nabi dapat dibenarkan, seperti sistem Demokrasi yang merangkul ragam perbedaan.
HTI, KM, dan komplotannya menggunakan istilah Khilafah sebagai topeng saja. Sejatinya nilai-nilai yang diperjuangkan mereka berlawanan dengan nilai-nilai yang diperjuangkan Nabi. HTI dan KM memperjuangkan kepentingan politik untuk mengganti Pancasila dan Demokrasi.
Padahal, Pancasila dan Demokrasi dibangun diatas kesepakatan para pahlawan Indonesia yang terdiri dari pelbagai pemelul agama. Di antaranya, K. Wahid Hasyim. Tidak mungkin sekelas Kyai Wahid Hasyim menggagas sistem suatu negara tanpa mempertimbangkan kemaslahatan bersama.
Maka dari itu, tidak perlu kehadiran Khilafah versi HTI dan KM yang bertujuan untuk menggantikan Pancasila dan Demokrasi. Modus sales Khilafah untuk memberantas korupsi dan menegakkan kemaslahatan adalah bullshit alias omong kosong. Hindari sales Khilafah jika bertemu mereka. Jangan dengarkan promosinya.[] Shallallah ala Muhammad.
Leave a Review