Flash Sale! to get a free eCookbook with our top 25 recipes.

Kasatgas II Preemtif Ops Madago Raya Buka Kegiatan Penguatan Moderasi Beragama di Poso

Polri Tegaskan Pentingnya Upaya Kontra Radikal untuk Cegah Radikalisasi

Kabarumat.co – Kasatgas II Preemtif Ops Madago Raya, AKBP Moh. Taufik, membuka kegiatan Penguatan Moderasi Beragama dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Desa Percontohan sebagai Kampung Moderasi Beragama di Kabupaten Poso. Acara ini digelar di salah satu hotel di Poso, Rabu (12/2/2025), dengan tujuan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas), serta mencegah penyebaran paham radikalisme dan intoleransi.

Kegiatan tersebut dihadiri oleh berbagai tokoh lintas agama, aparat kepolisian, serta perwakilan masyarakat. Selain itu, anggota Satgas II Preemtif Ops Madago Raya dan Dai Kamtibmas Polri juga turut serta dalam acara tersebut.

Sebagai narasumber utama, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sulawesi Tengah, Prof. Dr. KH. Zainal Abidin, memberikan materi bertajuk “Moderasi Beragama sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa.” Sementara itu, Purnawarman Loi, Kasubbag Tata Usaha Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Poso, menyampaikan materi mengenai “Moderasi Beragama dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika.”

Dalam sambutannya, AKBP Moh. Taufik menegaskan bahwa program ini bertujuan untuk membangun karakter serta memperkuat moderasi beragama sebagai langkah untuk menekan berkembangnya paham radikalisme dan intoleransi di Indonesia. Ia juga menjelaskan bahwa Desa Bakti Agung, Kecamatan Poso Pesisir Utara, dipilih sebagai kampung moderasi beragama karena masyarakatnya yang plural, mencerminkan harmoni dalam keberagaman.

“Kampung ini menjadi bukti bahwa keberagaman dapat menciptakan perubahan positif dan menginspirasi secara nasional,” ujar Taufik.

AKBP Taufik berharap agar para tokoh lintas agama dapat mengedukasi masyarakat mengenai moderasi beragama dan menerapkan paradigma baru yang berlandaskan empat pilar: wawasan kebangsaan, toleransi, antikekerasan, dan akomodasi terhadap budaya lokal. Ia menutup sambutannya dengan harapan bahwa moderasi beragama dapat menjadi dasar dalam menciptakan perdamaian dan harmoni di tengah keberagaman masyarakat Poso serta menjadi contoh bagi daerah lain.