Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di wilayah Arab, pada Rabu (17/11), mengeluarkan pernyataan yang menuduh Iran menimbulkan krisis nuklir dan instabilitas di Timur Tengah dengan rudal balistik dan pesawat tak berawak.
Peringatan itu muncul dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan setelah pertemuan kelompok kerja Amerika dengan Dewan Kerjasama Negara Teluk mengenai Iran. Pertemuan tersebut diadakan di Arab Saudi.
“Semua peserta mendesak pemerintah baru Iran untuk memanfaatkan kesempatan diplomatik yang ada saat ini” dengan dimulainya kembali pembicaraan di Wina yang bertujuan menyelamatkan perjanjian nuklir Iran, sekaligus “mencegah konflik dan terjadinya krisis,” tulis pernyataan tersebut.
Negosiasi yang berjalan secara tidak langsung antara Amerika dan Iran ditangguhkan setelah Iran memilih presiden baru pada Juni lalu. Kini negosiasi tersebut dijadwalkan akan dilanjutkan kembali pada akhir November mendatang.
Pertemuan di Wina diadakan untuk menghidupkan kembali perjanjian multinasional 2015 yang bertujuan untuk mencegah pengembangan senjata nuklir oleh Iran.
“Iran telah mengambil langkah-langkah yang tidak memerlukan bantuan sipil namun itu akan menjadi penting untuk program senjata nuklir,” tulis perwakilan AS, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Oman dan Kuwait dalam pernyataan tersebut.
Negara-negara itu juga mengutuk langkah yang mereka sebut “berbagai kebijakan Iran yang agresif dan berbahaya termasuk proliferasi dan penggunaan langsung rudal balistik canggih” termasuk drone.
“Dukungan Iran kepada milisi bersenjata di seluruh kawasan dan program rudal balistiknya menimbulkan ancaman nyata bagi keamanan dan stabilitas regional,” sebut pernyataan itu.
Beberapa negara Teluk seperti Qatar dan Oman sering berperan sebagai perantara bagi AS untuk berkomunikasi dengan Iran.
Arab Saudi, sebuah monarki Sunni yang sangat menentang Iran yang didominasi oleh kelompok Syiah, juga baru-baru ini melakukan dialog yang tenang namun nyata dengan tetangganya di bawah naungan Irak.
Leave a Review