Flash Sale! to get a free eCookbook with our top 25 recipes.

Menghadapi Kematian Bukan Berarti Memutus Harapan

Menghadapi Kematian Bukan Berarti Memutus Harapan

ANDA mungkin terjebak dalam suatu dilema. Haruskah menerima kenyataan bahwa orang terkasih sudah mendekati ajal? Atau terus berpikiran optimis, bahwa pasti ada jalan untuk mengobati penyakit ini?

Apapun pilihan Anda dan keluarga, perlu diingat bahwa menghadapi kematian tidak sama dengan putus asa. Bukan berarti Anda menyerah. Melainkan memberi kesempatan bagi orang tercinta untuk memproses segala perasaan, kekhawatiran, dan rencana terkait kematiannya.

Jangan salah, biasanya orang yang sudah mendekati ajal sudah punya firasat bahwa waktunya akan tiba sebentar lagi. Hal ini mungkin diungkapkan secara tersirat. Misalnya muncul keinginan untuk bertemu dengan kerabat yang sudah meninggal dunia atau kerinduan untuk pergi ke tempat yang jauh. Anda harus tetap menemaninya berjuang. Namun, Anda juga perlu bersiap-siap bila nanti saatnya tiba.

Dengan mempersiapkan kematian, ketika ajal menjemput orang terkasih Anda pun bisa berpulang dengan hati lebih ringan serta penuh kedamaian. Anda juga jadi bisa mengatur prosesi pemakaman dan urusan lainnya persis seperti yang diinginkan pasien. Hal ini tentu menjadi bagian dari rasa hormat dan cinta pada orang terkasih Anda yang telah meninggal.

Membantu orang terkasih mempersiapkan kematian

Mendampingi orang terkasih yang sudah mendekati ajalnya adalah salah satu tantangan terberat yang harus Anda hadapi. Namun, pengalaman ini mungkin dibuat jadi lebih bermakna dan positif. Ini dia langkah-langkah yang bisa diambil saat mempersiapkan kematian orang terkasih.

1. Hadir di sisinya

Kehadiran Anda untuk menemani orang terkasih adalah obat terbaik baginya saat ini. Pasalnya, depresi dan rasa kesepian mudah menyerang orang yang dilanda sakit keras. Anda bisa mengisi waktu dengan berdoa bersama atau sekadar duduk di sisi mereka sambil menggenggam lembut tangannya.

2. Dengarkan keluh kesahnya

Orang terkasih Anda mungkin merasa tidak nyaman, kesakitan, atau marah karena kondisinya. Karenanya, dengarkan semua keluh kesahnya seikhlas mungkin. Kadang, pasien hanya butuh didengarkan saja, bukannya mencari saran atau solusi. Anda harus lebih peka dan belajar memahami sinyal-sinyal tersebut.

3. Bantu menghadapi rasa takut akan kematian

Kematian adalah suatu proses alami, sebuah bagian yang tak terelakkan dari hidup. Maka, bila mereka mengungkapkan rasa takut akan kematian, hibur dan tenangkan dengan kata-kata yang menyejukkan. Misalnya, “Apa pun yang terjadi, aku ada di sini bersamamu. Kamu tidak sendirian, kok.” Anda juga bisa meyakinkan dengan berkata, “Dokter sudah bilang, kan, prosesnya tidak menyakitkan sama sekali. Kamu sudah pakai obat bius jadi tak usah khawatir.”

4. Ciptakan suasana yang nyaman dan tenang

Untuk mempersiapkan kematian yang penuh kedamaian, orang terkasih Anda butuh suasana yang nyaman dan tenang. Hindari bertengkar dengan anggota keluarga lain di hadapan pasien. Anda juga sebaiknya membatasi jumlah tamu yang menjenguk pasien di dalam ruangan. Jangan sampai pasien malah terlalu sibuk menerima tamu sehingga tidak bisa beristirahat dan menghabiskan waktu berkualitas dengan orang-orang yang paling berarti dalam hidupnya.

5. Membicarakan kematian

Perhatikan baik-baik kalau orang terkasih Anda mulai membahas kematian. Misalnya membahas pemakaman atau minta didatangkan tokoh agama untuk mendampinginya. Jangan malah diabaikan dengan dalih, “Kamu tidak akan pergi ke mana-mana sekarang.” Anda justru harus mendengarkan keinginannya baik-baik dan sebisa mungkin mewujudkannya.

6. Mengungkapkan rasa cinta, terima kasih, dan maaf

Sempatkan diri Anda dan anggota keluarga lainnya untuk mengungkapkan cinta, terima kasih, dan permohonan maaf pada orang terkasih. Hal ini bisa memberikan suntikan semangat dan keberanian bagi pasien untuk mempersiapkan kematian.

7. Berpamitan

Terkadang, orang terkasih Anda sudah tahu bahwa saatnya akan tiba. Namun, ia merasa masih ada “tanggungan” yaitu orang-orang yang tidak rela ia tinggalkan. Karena itu, penting bagi Anda dan anggota keluarga lain, khususnya yang jadi “tanggungan” untuk berpamitan dan mengikhlaskan kepergian pasien kelak.

Kata-kata yang sederhana bisa membantu orang terkasih agar lebih yakin bahwa ia tak perlu khawatir. Misalnya, “Aku janji akan baik-baik saja tanpa kamu. Aku akan merawat keluarga kita sepenuh hati dan lebih semangat menekuni pekerjaanku.” Meskipun sulit diucapkan, orang tercinta Anda membutuhkan kepastian seperti ini agar bisa lebih tenang dan tegar dalam mempersiapkan kematian.

Advertisements