Flash Sale! to get a free eCookbook with our top 25 recipes.

Perangi Radikalisme, Pemerintah dan Masyarakat Harus Gandengan Pantau Narasi Dakwah di Medsos

Perangi Radikalisme, Pemerintah dan Masyarakat Harus Gandengan Pantau Narasi Dakwah di Medsos

JAKARTA-Paham radikalisme, intoleran dan ekstremis, yang berujung pada perilaku teror, merupakan ‘monster’ bagi keutuhan bangsa Indonesia. Karenanya, masyarakat harus saling gotong royong mencegah berkembangnya paham-paham tersebut.

Hal itu disampaikan Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur bin Ali Mahdi Al Hamid, dalam Podcast bertajuk “Melawan Radikalisme Melalui Narasi Moderat” pada Selasa (19/10/2021).

“Paham radikalisme, intoleran dan ekstremis adalah paham monster, mereka sebenarnya salah memahami agama, dan sangat egois, jelas-jelas mereka adalah orang-orang yang merendahkan harkat martabatnya sendiri sebagai manusia,” ujarnya.

Menurut Habib Syakur, munculnya paham-paham radikalisme dan intoleran, salah satunya karena mudahnya mengakses informasi di media sosial (medsos). Dan, tak sedikit masyarakat yang mengakses medsos, mengikuti materi-materi keagamanan yang kadang jauh dari narasi kesejukan.

Untuk itu, Habib Syakur mengimbau semua unsur, baik aparat, pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, bersama-sama saling mengontrol memastikan bahwa dunia digital tidak diisi oleh narasi-narasi yang memecah belah bangsa.

Dia menjelaskan, di dunia digital saat ini banyak yang mengaku sebagai pendakwah dengan kemampuan pemahaman agama yang masih kurang baik. Contoh, ada sebagian yang tidak bisa menjelaskan perbedaan dan persamaan antar madzhab dalam agama Islam.

Selama ini kelompok radikalisme hanya menganggap benar kelompoknya sendiri. Sehingga siapa saja yang berbeda dengan cara pandang mereka dianggap salah. “Yang ada hanya dikaji satu madzhab saja, sehingga terkesan yang tidak sesuai madzhabnya berarti salah arah,” tegas Habib Syakur.

Oleh karena itu, Habib Syakur mengharapkan pemerintah dengan instrumennya dapat melakukan deteksi dini terhadap kelompok pendakwah semacam itu. Harusnya, para pendakwah yang moderat di media sosial lebih diperbanyak.

“Pemerintah harus jeli dan teliti, awasi dakwah-dakwah di media sosial yang berkaitan dengan kaum milenial Indonesia. Karena anak-anak muda yang sangat tidak bisa berjalan dengan seimbang antara kehidupan rohani dan jasmani ini sedang diracuni dengan dosa,” tukasnya.