Flash Sale! to get a free eCookbook with our top 25 recipes.

Fasilitator Keuangan ISIS (II): WNI Bersetia Dikangkangi Teroris

Fasilitator Keuangan ISIS (II): WNI Bersetia Dikangkangi Teroris

Pada tulisan Fasilitator Keuangan ISIS (II): Tertangkap Basah Jajakan Hidupnya Ke ISIS, saya menyebut ada banyak gejolak yang hadir setelah lima WNI ketahuan menfasilitasi keuangan ISIS. Salah satunya ditemukan bahwa ISIS tidak mati, dan karena itu masih banyak orang yang memainkan peran kunci dalam perjalan ekstrem mereka.

Ada perempuan dan anak-anak muda yang tertarik dalam gerakan ISIS. Mereka yang mau diselundupkan ke kamp-kamp untuk berjuang bersama ISIS. Selain itu, tak sedikit pula anak muda dan perempuan yang juga melakukan rekrutmen untuk bergabung bersama ISIS. Ini menariknya.

WNI Dikangkangi Teroris

Kelima WNI yang dituding sebagai bagian jaringan fasilitator keuangan ISIS mayoritas mereka masih muda. Muhammad Dandi Adhiguna, kelahiran 1996. Aria Kardian kelahiran 1990, dan Dini Ramadhani kelahiran tahun 1993. Artinya, mereka masih berada pada kondisi pencarian jadi diri. Mereka berada dalam sebutan generasi milenial alias generasi Sandwich, generasi pemakan roti lapis.

Meski muida, tapi mereka loyal kepada tuannya. Mereka mau mengorbankan segala macam hal untuk kepentingan jihad mereka. Bahkan dengan nyawanya sendiri. Tak aneh rasanya, jika gerakannya begitu gigih, meski sekadar mempertahankan hayalan utopis mereka, yaitu merebut sistem dunia untuk mendirikan pemerintahan Islam.

Alasan mereka berjuang menfasilitasi keuangan ISIS tiada lain untuk mendukung kebangkitan ISIS di masa depan. Karena ISIS kini kalah dan tidak memiliki pendanaan seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena itulah ISIS memanfaatkan manusia-manusia rentan yang bisa dicuci otak seperti lima WNI ini. Tapi WNI ini tidak sadar.

WNI ini bergabung dengan 40 negara dalam menfasilitasi keuangan ISIS yang dibagi-bagikan kepada kamp-kamp ISIS. Salah satu kamp terbesar bernama Al-Hawl, sebuah kamp pengungsi yang berada di timur laut Suriah, dengan menampung hingga 70.000 orang, yang sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.

Menurut informasi yang dibeberkan AS, di kamp Al-Hawl saja, pendukung ISIS telah menerima hingga USD 20 ribu per bulan melalui hawala. Hawala ini sejenis transaksi transfer informal; mayoritas dari transfer dana tersebut berasal dari luar Suriah atau melewati negara tetangga seperti Turki. Diketahui Al-Hawl ini juga dijadikan sebagai jalan untuk menyelundupkan rekan-rekannya ke Idlib, Deir ez-Zor, dan Kegubernuran Raqqa di Suriah, termasuk mayoritas anak-anak.

Rekam Jejak WNI ISIS

Salah satu faktor mengapa ISIS masih eksis selain ideologi, yang lebih penting adalah pendanaan. Ideologi kurang begitu mempan dijajakan kepada banyak orang tanpa dana. Tapi dana begitu ampuh meski tanpa ideologi. Karena sesungguhnya, tujuan ISIS sebenarnya adalah untuk merebut kedudukan harta dan tahta, bukan keagungan ideologi yang mereka usung.

Dana yang mengalir deras dari salah satu WNI bernama Dwi Dahlia Susanti sejak 2017. Diketahui hampir USD 4.000. Dwi membantu jihad suaminya mengirimkan uang dan alat tempur berupa senjata kepada seorang pemimpin ISIS.

Mengutip detiknews, Susanti disebut mengalihkan sekitar USD 500 dari dana tersebut untuk para pendukung ISIS di jaringannya sendiri. Pada awal tahun 2021, Susanti disebut telah memfasilitasi pengiriman uang dari Indonesia ke Suriah untuk memberikan dana kepada individu-individu di kamp-kamp pengungsi yang diduga digunakan untuk menyelundupkan anak-anak remaja keluar dari kamp pejuang asing ISIS.

Sementara Rudi Heryadi diduga meminta sumbangan untuk orang-orang yang hendak berangkat ke tempat hunian ISIS. Bahkan ia memberitahu kepada orang-orang tentang daerah yang dihuni ISIS, seperti di Afghanistan, Mesir, dan bagian lain Afrika, serta Yaman, dengan maksud untuk mereka datangi. Pada saat yang sama, Ari Kardian memfasilitasi perjalanan WNI ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.

Sementara Muhammad Dandi Adhiguna dan Dini Ramadhani telah membantu Susanti dalam memberikan operasional tentang keuangan ISIS. Mereka sama-sama mensponsori, dan memberikan dukungan material, finansial, informasi dan jasa elektronik untuk mendudukung Susanti dan ISIS. Kini kelimanya disanksi berdasarkan perintah eksekutif 13224, karena telah mendukung dan membantu menjadi fasilitator aktivitas ISIS.

Apakah dengan gejolak ISIS dan sanksi yang diberikan AS menjadikan WNI yang berafiliasi ke ISIS menjadi redup? Belum tentu. Karena ISIS bagi aktivis teroris Indonesia bukanlah sekadar nama. Ia kini sudah menjadi nyawa dan darah daging serta tujuan hidup mereka. Maka itu, menurut aktivis teroris, ISIS tidak boleh mati dan harus ada. Jika demikian, siap-siaplah kita di Indonesia. Sudah siap?

Kunjungi tulisan sebelumnya di sini I

Advertisements
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman