Bulan Ramadan sudah berakhir. Kehidupan kita kembali normal dengan berbagai kegiatan yang kita lakukan seperti sebelum puasa. Makan di siang hari, ataupun semarak untuk melaksanakan buka puasa dengan berbagai ragam makanan tidak lagi kita lihat. Semoga Praktik-praktik ritual beribadah yang sudah kita lakukan pada bulan Ramadan, semoga tetap istiqomah dan semoga semua pembaca bisa berjumpa dengan Ramadan di tahun selanjutnya. Amiin.
Namun, ada hal sesuatu yang menurut saya hilang dari ramadan, yakni program dakwah Ramadan bertajuk “login” yang tayang di akun youtube Deddy Corbuzier. Program dakwah ini diisi oleh Habib Ja’far dan ditemani oleh Onadio Leonardo. Tidak seperti program dakwah lainnya, Habib Ja’far tidak tampil seperti penceramah selayaknya pendakwah dalam acara-acara keagamaan yang kita temui. Akan tetapi, dialog agama yang ramah, disertai dengan jokes, serta humor yang sangat menarik, menjadikan program ini adalah program dakwah terbaik yang pernah saya tonton.
Mengapa demikian? Saya belum pernah menjumpai program dakwah yang dilakukan dengan dialog yang berisi pertanyaan reflektif dan menghadirkan tokoh dari berbagai agama. Apalagi m mengulas berbagai ragam topik dari sudut pandang agama-agama. Barangkali penjelasan yang saya sampaikan pada tulisan ini cukup serius untuk menggambarkan program “login”. Akan tetapi, kalau kita menonton video dalam akun youtube tersebut, kita akan dibawa pada perjalanan spiritual yang amat mengesankan, reflektif dan membuat kita berpikir panjang tentang kehidupan beragama, khususnya beragama dalam konteks berbangsa dan bernegara.
Keberadaan dialog agama, ditambah dengan kehadiran pertanyaan-pertanyaan reflektif yang memantik kita untuk berpikir dan berefleksi sangat dibutuhkan oleh kita sebagai umat beragama. Tidak hanya dialog agama, program ini juga menyajikan dialog antar umat beragama dari masing-masing perwakilan pemeluk agama sebagai ruang berbagi dari masing-masing ajaran agama dan menjadi upaya untuk membangun toleransi umat beragama. Pentingnya untuk merawat dan menjaga kerukukan umat beragama, sangat penting dilakukan di negara Indonesia dengan realitas kemajemukan.
“Ujung dari diskusi antar umat beragama itu bukan salah satu menang dan yang lain kalah atau salah satu masuk ke agama yang lainnya. tapi bahwa dua duanya sama-sama belajar dan menerima bahwa semua agama mengajarkan kebenaran yang berbeda tapi kebaikan yang sama,” ucap Habib Ja’far dalam episode 30.
Spiritual Journey yang Mengesankan
Bagi Habib Ja’far, dan Onad, sapaan akrabnya, program ini merupakan spiritual journey mereka karena sudah mampu berbagi dengan berbagai kalangan yang berbeda, serta mendapatkan respon positif dari netizen yang ikut berpartisipasi untuk menontonnnya. Menurut saya, program ini tidak hanya menjadi spiritual journey bagi mereka. Akan tetapi juga bagi para penonton, terkhusus saya yang tidak pernah lupa menonton dari episode 1 hingga episode 30.
Potret beragama yang dihadirkan oleh Habib Ja’far beserta para tokoh agama dari berbagai latar belakang agama, adalah sebuah potret keberagamaan yang sangat memanusiakan manusia. Kita tidak akan melihat pengkafiran, judging, ataupun stigma negatif yang ditujukan kepada kelompok lain hanya untuk mendapatkan kesan positif untuk kelompoknya. Selera humor yang kuat menambah ketertarikan publik untuk ikut serta dalam program ini.
Seperti yang kita ketahui bahwa, humor akan membuat seseorang bahagia. Sedangkan rasa bahagia adalah sifat alami yang cenderung ingin dimiliki orang lain karena ada salah satu bagian dari otak manusia yang selalu menginginkan menghindari dari rasa sakit dan derita. Artinya, penggunaan humor dalam dakwah atau dalam komunikasi menjadi sesuatu yang sangat strategis untuk menarik perhatian seseorang. Makanya tidak heran, humor dalam dakwah menjadi sangat strategis digunakan perlu skill khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk menyampaikan sesuatu.
Mematahkan Potret Agama yang Marah-marah
Selama ini, kita mendengarkan ceramah dengan komunikasi satu arah. Pendakwah menjadi pusat dari forum yang sedang berlangsung. Di balik dari kegiatan-kegiatan dakwah keagamaan yang serius, mengkafirkan, menyalahkan dan stigmatisasi kepada kelompok lain, yang sering kita temui, kita membutuhkan potret keagamaan yang perlu ramah kepada semua kelompok agama. Program “login” mampu mengakomodir kebutuhan tersebut. Meskipun demikian, kita masih sangat membutuhkan program semacam “login” yang lain, yang mampu menghadirkan agama dengan ramah.
Agama harus tampil dengan sangat asyik kepada para umatnya. Salah satu tugas tersebut perlu dituntaskan oleh para tokoh agama, yang memiliki kapasitas keilmuan lebih mumpuni dibandingkan dengan masyarakat awam. Jika agama sudah tampil sangat asyik dan ramah, maka para pemeluk agama tidak sungkan dan merasa dekat serta nyaman melakukan ritual ibadah tanpa ketakutan. Wallahu a’lam.
Leave a Review